fbpx

Resesi adalah : Penyebab dan Dampak Resesi Ekonomi

Resesi adalah Penyebab dan Dampak Resesi Ekonomi

Bagikan artikel ini:

Dalam ekonomi makro, resesi adalah keadaan di mana produk domestik bruto (PDB) menurun atau ketika pertumbuhan ekonomi riil negatif selama dua kuartal atau lebih dalam setahun. Resesi juga dapat didefinisikan sebagai penurunan signifikan dalam aktivitas ekonomi yang berlangsung berbulan-bulan atau bertahun-tahun.

Resesi dapat menyebabkan pengurangan simultan dalam semua jenis kegiatan ekonomi, seperti pekerjaan, investasi, dan keuntungan perusahaan. Resesi sering dikaitkan dengan penurunan harga (deflasi) atau, sebaliknya, dengan kenaikan harga yang tajam (inflasi) dalam proses yang dikenal sebagai stagflasi. Kemerosotan ekonomi yang berkepanjangan disebut depresi ekonomi, yang merupakan keadaan penurunan aktivitas ekonomi yang parah dan berkepanjangan.

Penurunan tajam dalam tingkat ekonomi (biasanya karena depresi berat atau karena hiperinflasi) disebut keruntuhan ekonomi. Kolumnis Sidney J. Harris membedakan istilah-istilah utama sebagai berikut: “Resesi adalah ketika tetangga Anda kehilangan pekerjaannya; depresi adalah ketika Anda kehilangan pekerjaan Anda.”

Penyebab Resesi Ekonomi

Berikut faktor penyebab terjadinya resesi ekonomi, yaitu:

  • Produksi dan konsumsi yang tidak seimbang
    Keseimbangan antara produksi dan konsumsi, atau daya beli masyarakat, merupakan dasar dari pertumbuhan ekonomi. Namun, jika produksi dan konsumsi tidak seimbang, akan ada masalah dalam siklus bisnis. Jika produksi yang tinggi tidak dibarengi dengan daya beli masyarakat yang tinggi, maka akan terjadi penimbunan. Sebaliknya, jika produksi rendah dan daya beli masyarakat tinggi, sehingga kebutuhan masyarakat tidak terpenuhi, pemerintah harus mengimpor. Dan hal ini menyebabkan turunnya keuntungan perusahaan dan lemahnya pasar modal.
  • Hutang berlebihan
    Ketika individu atau bisnis memiliki terlalu banyak hutang dan tidak mampu membayar tagihan mereka, itu dapat menyebabkan kebangkrutan dan kemudian membalikkan keadaan ekonomi.
  • Gelembung Aset
    Gelembung aset terjadi ketika investasi didorong oleh emosi. Misalnya, di tahun 1990-an, ketika pasar saham sedang untung besar. Mantan pemimpin Fed Alan Greenspan sering menggunakan istilah “kegembiraan irasional”. Investasi yang digerakkan oleh emosi ini menggelembungkan pasar saham, sehingga ketika gelembung pecah, akan terjadi panic sell-off, yang tentu saja dapat menghancurkan pasar dan menyebabkan resesi.
  • Inflasi
    Inflasi adalah tren harga yang stabil dan meningkat dari waktu ke waktu. Inflasi bukanlah hal yang buruk bagi perekonomian. Tetapi inflasi yang berlebihan dapat membahayakan resesi. Bank Sentral AS dan Bank Indonesia secara rutin menaikkan suku bunga untuk meredam aktivitas ekonomi. Inflasi yang tidak terkendali adalah masalah yang dihadapi AS pada 1970-an.
  • Deflasi
    Deflasi adalah ketika harga turun dari waktu ke waktu, menyebabkan upah turun, lebih jauh mendorong harga turun. Ketika deflasi di luar kendali, orang dan bisnis berhenti belanja, yang berdampak pada perekonomian negara. Jepang mengalami deflasi yang tidak terkendali, yang menyebabkan resesi. Sepanjang tahun 1990-an, Jepang berjuang untuk keluar dari resesi.

Dampak Resesi Ekonomi

Dampak resesi adalah sebagai berikut.

  1. Ketersediaan barang dengan mengorbankan pabrik yang mengurangi produksi.
  2. Pemutusan hubungan kerja, yang menyebabkan pengangguran besar dan kemiskinan.
  3. Krisis ekonomi akan memaksa sektor riil untuk menahan kapasitas produksinya, yang akan menyebabkan seringnya terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK), bahkan beberapa perusahaan mungkin tutup dan tidak bekerja lagi.
  4. Efektivitas instrumen investasi akan menurun, sehingga investor akan cenderung menginvestasikan dananya dalam bentuk investasi yang aman.
  5. Perekonomian yang semakin kompleks tentunya akan melemahkan daya beli masyarakat, karena masyarakat akan lebih selektif dalam menggunakan uangnya, terutama berfokus pada pemenuhan kebutuhan.

Pandemi Covid-19 yang kita hadapi saat ini menjadi salah satu pemicu kelesuan ekonomi di sejumlah negara. Bahkan, hal ini menyebabkan meningkatnya angka pengangguran dan jumlah penduduk miskin di berbagai negara akibat lesunya perekonomian. Sekarang pertanyaannya adalah, apakah Anda siap negara kita menghadapi kemungkinan penurunan ekonomi terburuk? Jadi, mau tidak mau, kita tetap harus siap, jika skenario buruk ini terjadi dan menimpa perekonomian negara kita, meski kita selalu berharap skenario terbaik akan terjadi.

Mempersiapkan Kondisi Keuangan Saat ResesiEkonomi

Lalu bagaimana mempersiapkan kondisi keuangan kita untuk meminimalisir dampak kemungkinan pelemahan ekonomi? Kami punya beberapa saran yang bisa kamu lakukan, cekidot!

  1. Ingat rumus perencanaan keuangan 10-20-30-40. Pastikan 20% dari dana yang Anda gunakan untuk investasi dialokasikan untuk dana cadangan di instrumen yang sangat likuid dan disiplin untuk mempersiapkannya. Semakin besar proporsinya, semakin siap Anda untuk memenuhi kebutuhan Anda di tengah kelesuan ekonomi. Perlu diingat sobat ini sangat penting karena Anda bisa kehilangan pekerjaan karena perusahaan tempat Anda bekerja tutup.
  2. Mulailah mengurangi daripada menambah pengeluaran seperti utang, jika memungkinkan, maka segera lunasi atau jika masih sangat berat, maka segera sepakati pengajuan permohonan restrukturisasi kepada jasa keuangan. Jangan anggap enteng utang, meski hanya dari kartu kredit, karena Anda tidak akan tahu situasi keuangan Anda saat krisis ekonomi melanda.
  3. Lihat kembali portofolio investasi Anda, jika kondisi pasar global mulai memburuk, segera bangun kembali portofolio investasi Anda ke bentuk yang lebih aman seperti emas.
  4. Hiduplah dengan benar dan jangan panik ! Tetap konsumsi seperti biasa karena bisa membantu perekonomian tetap tumbuh. Ingatlah bahwa konsumsi publik memainkan peran besar dalam pertumbuhan ekonomi kita! Namun, Anda tetap harus berpegang pada rencana keuangan Anda, tetap menyisihkan uang untuk tabungan dan investasi, dan mengutamakan kebutuhan Anda. Kurangi pembelian barang-barang yang tidak terlalu Anda butuhkan, apalagi jika itu hanya suguhan jangka pendek BIG No..!!! Jika Anda perlu mengikuti pengobatan, gunakan lembaga asuransi kesehatan Anda agar tidak mengganggu likuiditas keuangan.
  5. Perhatikan baik-baik perubahan terbaru dalam lingkungan ekonomi dan mulailah memanfaatkan peluang di sekitar Anda yang bisa bernilai ekonomi. Jangan ragu untuk memulai usaha kecil-kecilan jika Anda merasa keadaan keuangan Anda masih lemah karena Anda jelas membutuhkan penghasilan tambahan untuk menopang keuangan keluarga Anda.

Tetap optimis, ingatlah bahwa resesi adalah bagian dari siklus bisnis atau ekonomi, tetapi kita harus melewatinya dan pulih secepat mungkin. Percayalah, badai pasti berlalu, karena setelah hujan akan ada pelangi bukan?

Author :

Artikel Terkait &

Saatnya mengalihkan perhatian ke arah pertumbuhan bisnis Anda

Izinkan kami mempercepat dan mengotomatisasi proses akuntansi serta keuangan bisnis, memastikan Anda terus berkembang dengan keyakinan penuh.